Ajang Kreasi Anak Muda Tanpa Batas

Kreatifitas Go Ahead

Saat ini banyak anak muda yang mampu menunjukan potensi mereka dalam karya-karya kreatif. Malah nggak jarang karya mereka bisa membuat decak kagum dan dinikmati banyak orang.

Tentu saja, kemampuan mereka mengolah ide kreatif tak lepas dari proses belajar mengembangkan ide-ide tersebut. Apalagi saat ini banyak lembaga yang menyelenggarakan kegiatan workshop atau ajang asah kreativitas.

Salah satunya Go Ahead Challenge (GAC), kompetisi kreatif yang telah berjalan selama lima tahun. Lewat ajang ini anak-anak muda diajak mengembangkan ide-ide mereka melalui program saling berbagi dan mentoring untuk menciptakan karya kreatif tanpa batas.

Tahun 2019, Sejumlah inspirasi melalui karya seni dihadirkan dalam festival Soundrenaline 2019 di GWK, Bali. Tidak hanya penampilan musik yang mampu membuai para pengunjung, namun beberapa instalasi seni berskala besar tampak menyedot perhatian insan kreatif yang memadati venue.

Karya bertajuk Tapi Jadi Epik ‘The Monument’ besutan Uji ‘Hahan’ Handoko menjadi salah satu dari 17 kolaborator yang juga memberikan ruang untuk karya kolaborasi dari para finalis kompetisi kreatif Go Ahead Challenge 2019. Instalasi karya para finalis Go Ahead Challenge dipamerkan dalam 3 grup dari ketiga passion-field music, video fotografi dan visual art yang masing-masing berjudul ‘Siska’, ‘Kursi Perspektif’, dan ‘Deep Lymbic System’.

Setiap karya menyampaikan respons atas keraguan atau masalah yang timbul baik dari internal maupun eksternal. Kisah masing-masing dituangkan melalui berbagai teknik dan elemen berbeda seperti teknik kolase, hologram, instrumen musik, serta media lain yang mampu memberikan pengalaman berkesan bagi setiap pengunjung yang menikmati karya tersebut.

Dalam panggung yang sama, diumumkan tiga pemenang Go Ahead Challenge dari masing-masing passion-field. Mereka pun mendapatkan kesempatan eksplorasi karya di New York bersama Lucky Kuswandi, di Venice bersama Naufal Abshar, dan di Korea Selatan bersama Widi Puradiredja. Ditambah satu pemenang grup favorit hasil vote pengunjung pameran Go Ahead Challenge di area instalasi karya Tapi Jadi Epik.

Pada gelaran GAC tahun 2019 ini, semua karya yang masuk akan diseleksi oleh curator yang sudah berkompetensi dibidangnya masing masing, Mereka adalah Widi Puradiredja, drummer dari grup Maliq & D’essentials yang juga berperan aktif sebagai produser musik, Lucky Kuswandi – sutradara film “Galih & Ratna”, Naufal Abshar – seniman visual yang merupakan lulusan dari LASALLE College of the Arts dan Goldsmith University di London.

Go Ahead Challenge dibuat tidak lain karena ingin melihat beragam karya dari berbagai daerah di tanah air yang mampu merepresentasikan jawaban atas keraguan diri dalam berkarya. 

Setelah berlangsung selama kurang lebih 5 tahun ini. GAC telah menelurkan beberapa talenta baru yang dapat memberikan warna serta semangat bagi industri seni kreatif tanah air. Beberapa alumni program ini seperti Wake Up Iris!, Semiotika, Raditya Bramantya (bramskky), Dylan Amirio (Logiclost), dan banyak lainnya telah sukses hadir menjadi pilihan baru bagi penikmat musik dan seni di Indonesia.

Tidak ada komentar

Silahkan Berkomentar :)